Latar belakang
penelitian
Ø Penderita delayed
speech mengalami Gangguan bicara yang dapat
berakibat ke gangguan perkembangan yang akan menghambat fase kognitif
perkembangan anak.
Ø Anak yang mengalami gangguan bicara mengakibatkan ketidakjelasan pada
proses artikulasi berupa produksi voiced dan unvoiced dan intonasi.
Ø perangkat lunak Speech Filing
System dapat melakukan segmentasi dan transkripsi dengan hasil spectrum
data bunyi.
Tujuan penelitian
bertujuan untuk menganalisis karakteristik suara anak penderita
delayed speech berdasarkan spectrum suara, sehingga dapat ditentukan
karakteristik dari suara anak tersebut.
Metode penelitian
1.
Teori Fonologi Metrik ( Metrical Phonology theory, Liberman L.
Streeter, 1976 )
Teori mengidentifikasi penekanan suku kata. Data pola irama suku
kata disegmentasikan pada satu dimensi bunyi dengan deretan KV (CV-tier).
2.
Teori Fry (1955, 1958) dan
Lehiste (1970)
menggunakan ciri bunyi untuk menentukan tekanan bunyi pada suku
kata, yaitu :
a.
kenyaringan suku kata
b.
panjang pendek suku kata
c.
tinggi rendah bunyi ( pitch ) atau frekuensi dasar ( fundamental
).
3.
Menggunakan Alat segmentasi
data mentah berupa perangkat lunak Speech
Filing System yang digunakan untuk menyediakan umpan balik terhadap
aktivitas bunyi bahasa (ilmu fonetis).
4.
mengambil data dari audio
dan visual secara personal dalam 2 tahap, yaitu :
a.
tahap fitur visual, yaitu
prosodi dan spectral
b.
visual fitur, yaitu
menganalisis produksi suara melalui mimic objek.
Hasil penelitian
1.
Data perolehan sonority peak nomina pada Gambar 2 dan
intonasi menunjukkan kestabilan perkembangan perolehan suara. Kenyaringan menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tinggi kurang
nyaring dalam mengucapkan kata yang diminta. Hal tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perkembangan yang positif pada mental anak. Anak mulai dapat
membedakan intonasi yang datar harus digunakan pada kata nomina.
Gambar 2. Data Perolehan Sonority
Peak (Nomina)
2.
Data perolehan
hasil perolehan sonority peak verba pada Gambar 3 menunjukkan hasil yang sangat
baik, karena verba yang diminta adalah kosakata imperative dan subjek dapat
mempraktekkan dengan baik sesuai dengan rentang usia.
Gambar
3. Data Perolehan Sonority Peak (Verba)
3.
Hasil perolehan silabel voiced (bersuara) pada Gambar 4
menunjukkan gejala perolehan silabel voiced yang belum stabil. Pada kata ’buka’
anak yang berusia lebih tinggi memberikan respon frekuensi yang lebih rendah.
Hal tersebut diakibatkan kontrol suara subjek sudah berjalan stabil disebabkan
oleh durasi proses terapi dan kematangan usia serta proses perkembangan
kemampuan kognitif.
Gambar 4. Hasil Perolehan Silabel Voiced
Kesimpulan
Anak delayed speech
sering menemui kendala dalam memproduksi ujaran lisan ( artikulasi, pitch, dan
intonasi ). Pola intonasi yang dibatasi oleh batas nada tinggi atau rendah
menunjukkan nada yang relatif datar dan lemah.
Pengembangan materi dimasa datang
Dengan adanya penelitian sonority peak nantinya dapat menekan jumlah penderita delayed speech dikalangan usia pra –
sekolah maupun usia sekolah. Nantinya banyak anak – anak mengalami perkembangan
dalam berbicara.
Sumber utama :
Muhammad Subali, Tri Wahyu Retno Ningsih, M. Kholiq,
“ DETEKSI SONORITY PEAK UNTUK PENDERITA SPEECH DELAY MENGGUNAKAN SPEECH FILING
SYSTEM “, http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/kommit/article/download/585/508, 7 september 2012.