Jumat, 26 April 2013

Bahasa Indonesia 2



Latar belakang penelitian
Ø  Penderita delayed speech mengalami Gangguan bicara yang dapat berakibat ke gangguan perkembangan yang akan menghambat fase kognitif perkembangan anak.
Ø  Anak yang mengalami gangguan bicara mengakibatkan ketidakjelasan pada proses artikulasi berupa produksi voiced dan unvoiced dan intonasi.
Ø  perangkat lunak Speech Filing System dapat melakukan segmentasi dan transkripsi dengan hasil spectrum data bunyi.

Tujuan penelitian
bertujuan untuk menganalisis karakteristik suara anak penderita delayed speech berdasarkan spectrum suara, sehingga dapat ditentukan karakteristik dari suara anak tersebut.

Metode penelitian
1.      Teori Fonologi Metrik ( Metrical Phonology theory, Liberman L. Streeter, 1976  )
Teori mengidentifikasi penekanan suku kata. Data pola irama suku kata disegmentasikan pada satu dimensi bunyi dengan deretan KV (CV-tier).
2.      Teori Fry (1955, 1958) dan Lehiste (1970)
menggunakan ciri bunyi untuk menentukan tekanan bunyi pada suku kata, yaitu :
a.       kenyaringan suku kata
b.      panjang pendek suku kata
c.       tinggi rendah bunyi ( pitch ) atau frekuensi dasar (  fundamental ).
3.      Menggunakan Alat segmentasi data mentah berupa perangkat lunak Speech Filing System yang digunakan untuk menyediakan umpan balik terhadap aktivitas bunyi bahasa (ilmu fonetis).
4.      mengambil data dari audio dan visual secara personal dalam 2 tahap, yaitu :
a.       tahap fitur visual, yaitu prosodi dan spectral
b.      visual fitur, yaitu menganalisis produksi suara melalui mimic objek.


Hasil penelitian
1.      Data perolehan sonority peak nomina pada Gambar 2 dan intonasi menunjukkan kestabilan perkembangan perolehan suara. Kenyaringan menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tinggi kurang nyaring dalam mengucapkan kata yang diminta. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perkembangan yang positif pada mental anak. Anak mulai dapat membedakan intonasi yang datar harus digunakan pada kata nomina.





                                                       Gambar 2. Data Perolehan Sonority Peak (Nomina)

2.      Data perolehan hasil perolehan sonority peak verba pada Gambar 3 menunjukkan hasil yang sangat baik, karena verba yang diminta adalah kosakata imperative dan subjek dapat mempraktekkan dengan baik sesuai dengan rentang usia.





Gambar 3. Data Perolehan Sonority Peak (Verba)


3.      Hasil perolehan silabel voiced (bersuara) pada Gambar 4 menunjukkan gejala perolehan silabel voiced yang belum stabil. Pada kata ’buka’ anak yang berusia lebih tinggi memberikan respon frekuensi yang lebih rendah. Hal tersebut diakibatkan kontrol suara subjek sudah berjalan stabil disebabkan oleh durasi proses terapi dan kematangan usia serta proses perkembangan kemampuan kognitif.






Gambar 4. Hasil Perolehan Silabel Voiced


Kesimpulan
Anak delayed speech sering menemui kendala dalam memproduksi ujaran lisan ( artikulasi, pitch, dan intonasi ). Pola intonasi yang dibatasi oleh batas nada tinggi atau rendah menunjukkan nada yang relatif datar dan lemah.

Pengembangan materi dimasa datang
Dengan adanya penelitian sonority peak nantinya dapat menekan jumlah penderita delayed speech dikalangan usia pra – sekolah maupun usia sekolah. Nantinya banyak anak – anak mengalami perkembangan dalam berbicara.

Sumber utama :
Muhammad Subali, Tri Wahyu Retno Ningsih, M. Kholiq, “ DETEKSI SONORITY PEAK UNTUK PENDERITA SPEECH DELAY MENGGUNAKAN SPEECH FILING SYSTEM “, http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/kommit/article/download/585/508, 7 september 2012.

Pengikut