Pengertian kalimat
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang
menghasilkan suatu pengertian dan pola intonasi akhir. Kalimat terdiri dari
berbagai unsur seperti subyek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.
Sebuah kalimat dikatakan sempurna bila memiliki minimal dua unsur, yaitu subyek
dan predikat.
Unsur – unsur kalimat
1. Predikat (P)
Predikat dalam pandangan aliran struktural dianggap unsur yang
paling penting dan merupakan inti kalimat. Predikat dalam bahasa Indonesia bisa
berwujud kata atau frasa verbal, adjektival, nominal, numeral, dan
preposisional.
Perhatikan beberapa contoh kalimat di bawah ini:
a. Yasmina duduk-duduk di ruang tamu.
b. Anda dan saya tidak harus pergi sekarang.
Pada dua kalimat di atas, terdapat bagian yang dicetak miring. Ada
yang berbentuk kata maupun frasa (lebih dari satu kata). Kata atau frasa yang
dicetak miring tersebut berfungsi sebagai predikat.
2. Subjek (S)
Disamping predikat, kalimat umumnya mempunyai unsur yang berfungsi
sebagai subjek. Dalam pola kalimat bahasa Indonesia, subjek biasanya terletak
sebelum predikat, kecuali jenis kalimat inversi. Subjek umumnya berwujud
nomina, tetapi pada kalimat-kalimat tertentu, katagori lain bisa juga mengisi
kedudukan subjek.
contoh kalimat yang memiliki subjek seperti ini:
1. Merokok merupakan perbuatan mubazir.
2. Berwudlu atau bertayamum harus dilakukan sebelum sholat.
3. Objek (O)
Objek bukan unsur wajib dalam kalimat. Keberadaanya umumnya
terletak setelah predikat yang berkatagori verbal transitif. Objek pada kalimat
aktif akan berubah menjadi subjek jika kalimatnya dipasifkan. Demikian pula,
objek pada kalimat pasif akan menjadi subjek jika kalimatnya dijadikan kalimat
aktif. Objek umumnya berkatagori nomina.
Berikut contoh objek dalam kalimat:
a. Dr. Ammar memanggil suster Ane.
b. Adik dibelikan ayah sebuah buku.
c. Kami telah memicarakan hal itu
4. Pelengkap (PEL)
Pelengkap atau komplemen mirip dengan objek. Perbedaan pelengkap
dengan objek adalah ketidakmampuannya menjadi subjek jika kalimatnya yang
semula aktif dijadikan pasif. Perhatikan kata-kata yang dicetak miring pada
kalimat-kalimat di bawah ini. Kata-kata tersebut berfungsi sebagai pelengkap
bukan objek.
Contoh:
a. Indonesia berdasarkan Pancasila
b. Ardi ingin selalu berbuat kebaikan
c. Kaki Cecep tersandung batu.
5. Keterangan (K)
Unsur kalimat yang tidak menduduki subjek, predidkat, objek, maupun
pelengkap dapat diperkirakan menduduki fungsi keterangan. Berbeda dengan O dan
PEL. yang pada kalimat selalu terletak dibelakang P, unsur yang berfungsi
sebagai keterangan (K) bisa terletak di depan S atau P.
Contoh:
a. Di perpustakaan kami membaca buku itu.
b. Kami membaca buku itu di perpustakaan.
Pada dua kalimat di atas, tampak bahwa frasa di perpustakaan yang
berfungsi sebagai keterangan mampu ditempatkan di awal maupun di akhir. Khusus
jika ditempatkan antara S dan P, cara membacanya (intonasi) harus diubah
sedemikian rupa (terutama jeda) agar pemaknaan kalimat tidak keliru.
Dilihat dari bentuknya, keterangan pada sebuah kalimat bisa dikenali
dari adanya penggunaan preposisi dan konjungsi (di, ke, dari, kepada, sehingga,
supaya, dan sejenisnya.). Akan tetapi, tidak semua keterangan berciri demikian,
ada pula keterangan yang berbentuk kata, seperti pada contoh berikut:
a. Kami telah mengengoknya kemarin.
b. Tiga tahun kami telah bekerja sama dengannya.
Pola kalimat
1.Kalimat Dasar Berpola S P
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat
kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau
kata bilangan. Misalnya:
Mereka [S] / sedang berenang [P (kata kerja)]
Ayahnya [S] / guru SMA [P (kata benda)]
Gambar itu [S] / bagus [P (kata sifat)]
Peserta penataran ini [S] / empat puluh orang [P(kata bilangan)]
2.Kalimat Dasar Berpola S P O
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek.
Misalnya:
Mereka [S] / sedang menyusun [P]/ karangan ilmiah [O]
3.Kalimat Dasar Berpola S P
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
pelengkap. Misalnya:
Anaknya [S] / beternak [P] / ayam [Pel]
4.Kalimat Dasar Berpola S P O
Pel.
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
pelengkap. Misalnya:
Dia [S] / mengirimi [P] / saya [O] / surat [Pel]
5.Kalimat Dasar Berpola S P K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan
keterangan. Misalnya:
Mereka [S] / berasal [P] /
dari Surabaya [K]
6.Kalimat Dasar Berpola S P O
K
Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan
keterangan. Misalnya:
Kami [S] / memasukkan [P] / pakaian [O] / ke dalam lemari [K]
Macam – macam kalimat
1.
Kalimat tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur
inti pembentukan kalimat (subjek dan predikat) dan boleh diperluas dengan salah
satu atau lebih unsur-unsur tambahan (objek dan keterangan), asalkan
unsur-unsur tambahan itu tidak membentuk pola kalimat baru.
Kalimat Tunggal Susunan
Pola Kalimat
Ayah merokok. S
- P
Adik minum susu. S
– P – O
Ibu menyimpan uang di dalam laci. S
– P – O – K
2.
Kalimat majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang merupakan
penggabungan dari dua buah kalimat tunggal.
Kalimat majemuk dibedakan dalam 3 macam, yaitu :
1. Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat tunggal dan
tiap-tiap unsur-unsurnya mempunyai kedudukan setara.
Contoh:
a. Saya akan datang ke rumahmu sekarang atau nanti malam.
b. Dia sangat baik hati dan suka menolong.
2. Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan
semantis antara klausa yang membentuknya.
Contoh:
Saya mengerjakan pekerjaan itu sampai larut malam agar besok pagi
dapat mengumpulkannya.
3. Kalimat majemuk campuran
Kalimat yang hubungan antara pola-pola kalimat itu ada yang
sederajat dan ada yang bertingkat.
Contoh:
Setelah saya bangun tidur, saya mandi, berganti pakaian, sarapan,
lalu berangkat ke sekolah.
Sumber
N.
Utorodewo, Felicia. 2007. Bahasa Indonesia. Depok : LPFEUI.
0 komentar:
Posting Komentar