Semua orang tua pasti sekali waktu
merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anak memang bukan perkara
mudah. Hanya dengan bilang “tidak” saja belum tentu dapat meredam sikap yang
menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang
menyulitkan tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan
atau melakukan sesuatu yang membahayakan anak sehingga kemudian mereka sesali .
Jika situasi ini sering berulang, hal ini yang dikatakan sebagai penyiksaan
anak, baik secara fisik maupun mental.1
Literatur Barat mengatakan dalam
kehidupan sosial Barat banyak anak dibunuh, ditelantarkan, dipukuli dan
mengalami pelecehan seksual. Anak-anak pada jaman dahulu hanya memiliki sedikit
perlindungan dari dunia dewasa, apa yang dilakukan terhadap anak-anak oleh
orang dewasa dianggap sebagai yang terbaik untuk mereka.2
Penyiksaan terhadap anak-anak telah
dimulai sejak jaman Yunani dan Romawi Kuno. Pada kehidupan sosial yang dikenal
sebagai Patria Potestas ( Ayah memgang kekuasaan absolut terhadap keluarga ) memberikan
hak yang penuh kepada ayah menentukan mati hidupnya anak-anaknya. Orang-orang
Romawi dan Yunani membunuh anak-anak yang dianggap lemah dengan harapan hanya
yang kuatlah yang dapat hidup. Pemilihan orang-orang ( dalam hal ini anak-anak
) yang terkuat dipercaya oleh Plato, Aristoteles, Seneca dan beberapa pemikir
lain sebagai hal yang penting untuk memperkuat Ras dan diperkuat oleh Hukum
Romawi yang terkenal dengan sebutan Roman Law Of The Twelve Tables yang
melarang memberikan bantuan pada anak-anak yang mempunyai kekurangan pada fisik
atau mentalnya.2
Penyiksaan dan penelantaran anak
yang pada jaman Yunani dan Romawi juga diartikan pembunuhan secara langsung
lebih banyak terjadi pada anak-anak perempuan. Di jaman Yunani kuno karena
alasan beban ekonomi dalam membesarkan anak perempuan karena pada akhirnya pun
mereka akan meninggalkan keluarga dan ikut suaminya, anak perempuan menduduki
resiko tertinggi untuk dibunuh. Sangat jarang ditemukan lebih dari satu anak
perempuan dalam satu keluarga. Besarnya frekuensi pembunuhan terhadap bayi-bayi
perempuan tercermin dalam ketidakseimbangan antara populasi anak perempuan dan
anak laki-laki pada abad pertengahan. Hal ini dicatat oleh Mols seorang
sejarahwan dimana terdapat kelebihan jumlah anak laki-laki dibanding anak
perempuan pada tahun 1450 dan 1750.2
sumber: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=158
0 komentar:
Posting Komentar