Kamis, 05 Juni 2014

Penyiksaan dan Penelantaraan Anak


Semua orang tua pasti sekali waktu merasa marah terhadap anaknya. Mengatasi perilaku anak memang bukan perkara mudah. Hanya dengan bilang “tidak” saja belum tentu dapat meredam sikap yang menjengkelkan tersebut. Dalam menghadapi sikap dan perilaku anak yang menyulitkan tersebut banyak orang tua yang lepas kendali sehingga mengatakan atau melakukan sesuatu yang membahayakan anak sehingga kemudian mereka sesali . Jika situasi ini sering berulang, hal ini yang dikatakan sebagai penyiksaan anak, baik secara fisik maupun mental.1

Literatur Barat mengatakan dalam kehidupan sosial Barat banyak anak dibunuh, ditelantarkan, dipukuli dan mengalami pelecehan seksual. Anak-anak pada jaman dahulu hanya memiliki sedikit perlindungan dari dunia dewasa, apa yang dilakukan terhadap anak-anak oleh orang dewasa dianggap sebagai yang terbaik untuk mereka.2

Penyiksaan terhadap anak-anak telah dimulai sejak jaman Yunani dan Romawi Kuno. Pada kehidupan sosial yang dikenal sebagai Patria Potestas ( Ayah memgang kekuasaan absolut terhadap keluarga ) memberikan hak yang penuh kepada ayah menentukan mati hidupnya anak-anaknya. Orang-orang Romawi dan Yunani membunuh anak-anak yang dianggap lemah dengan harapan hanya yang kuatlah yang dapat hidup. Pemilihan orang-orang ( dalam hal ini anak-anak ) yang terkuat dipercaya oleh Plato, Aristoteles, Seneca dan beberapa pemikir lain sebagai hal yang penting untuk memperkuat Ras dan diperkuat oleh Hukum Romawi yang terkenal dengan sebutan Roman Law Of The Twelve Tables yang melarang memberikan bantuan pada anak-anak yang mempunyai kekurangan pada fisik atau mentalnya.2


Penyiksaan dan penelantaran anak yang pada jaman Yunani dan Romawi juga diartikan pembunuhan secara langsung lebih banyak terjadi pada anak-anak perempuan. Di jaman Yunani kuno karena alasan beban ekonomi dalam membesarkan anak perempuan karena pada akhirnya pun mereka akan meninggalkan keluarga dan ikut suaminya, anak perempuan menduduki resiko tertinggi untuk dibunuh. Sangat jarang ditemukan lebih dari satu anak perempuan dalam satu keluarga. Besarnya frekuensi pembunuhan terhadap bayi-bayi perempuan tercermin dalam ketidakseimbangan antara populasi anak perempuan dan anak laki-laki pada abad pertengahan. Hal ini dicatat oleh Mols seorang sejarahwan dimana terdapat kelebihan jumlah anak laki-laki dibanding anak perempuan pada tahun 1450 dan 1750.2

sumber: http://www.majalah-farmacia.com/rubrik/one_news.asp?IDNews=158

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut